Rabu, 01 Agustus 2007

Etti Hendrawati - World Speed Climbing Champions

Bakal menjadi juara dunia, sama sekali tak pernah terbayang oleh Etti Hendrawati menjelang Kejuaraan Dunia Panjat Dinding ESPN X 2000 di San Fransisco, AS. Ia hanya berharap bisa menimba pengalaman dari kompetisi itu.






Etti di kejuaraaan dunia speed climbing 2002Peserta kejuaraan yang berlangsung 18-19 Agustus 2000 itu --event yang diselenggarakan stasiun televisi olahraga ESPN setiap tahun sejak 1995, dan disiarkan juga oleh stasiun ABC Sport-- berasal dari seluruh dunia. Di nomor yang diikuti Etti, yakni speed climbing atau adu cepat memanjat, misalnya, terdapat dua atlet Ukraina yang sudah memiliki nama besar di Eropa, yakni Elena Repko dan Olga Zakharova. Nama terakhir adalah juara dunia panjat dinding versi UIAA (United International Association Alpens).

Namun tanpa diduga Etti mampu menembus partai puncak yang hanya diikuti oleh delapan peserta yang mewakili beberapa negara. Ia mewakili Asia-Australia setelah sebelumnya mengalahkan para pesaing dari kedua benua ini.

photo courtesy of Mathew More from camp4.comEtti akhirnya menjadi juara pertama setelah berhasil memanjat dinding setinggi 18 meter dengan waktu 17,39 detik. Ia mengalahkan Elena Repko yang menjadi runner up dengan catatan waktu 18,11 detik. Rekan senegaranya, Olga Zakharova, menduduki peringkat tiga dengan catatan waktu 19,58 detik. Etti memecahkan rekor speed-climbing kejuaraan itu yang sebelumnya dipegang Elena Repko; 20,77 detik. ''Saya nggak pernah menduga bisa juara dunia. Wong mau tanding saja, saya sempat minder melihat lawan-lawan dari Eropa dan Amerika Serikat yang tangguh-tangguh. Tapi, mungkin karena tampil tanpa beban dan berkat bantuan Allah, saya mampu mengalahkan mereka,'' tutur Etti.

Kekalahan mengejutkan itu membuat Elena dan Olga menangis. Kedua atlet jangkung itu tak menduga akan dikalahkan Etti. ''Menghadapi mereka semua, saya berupaya menenangkan diri untuk menghindari kepanikan,'' kenang Etti.

Etti di kejuaraan dunia speed climbing 2002Selain medali emas, Etti meraup hadiah uang sebesar 11.000 dolar AS. Tapi ia cuma mengantongi 7.500 dolar AS. Sisanya untuk melunasi hutang kepada penyandang dana. ''Semua pengeluaran untuk bisa sampai ke sana saya peroleh dari pinjaman. Jadi sekarang harus mengembalikannya. Sebab KONI hanya membekali 500 dolar untuk dua orang. Jumlah itu cukup untuk uang saku saja,'' jelasnya. Sepulang dari AS, Etti diundang ketua KONI kala itu, Wismoyo Arismunandar. Ia diberi penghargaan berupa uang Rp 20 juta.

Tentang masa depan, Etti, yang sebelum mengenakan jilbab cenderung tomboy, sempat mengaku tak risau. Ia mengatakan panjat tebing akan ditekuninya dengan serius.

Hadiah uang yang diterimanya di setiap kejuaraan, meski tidak terlalu besar, dianggap sudah bisa mencukupi. ''Untuk hidup sederhana masih bisa,'' kilahnya.

Tapi, setelah menikah, Etti mengaku dilanda kegundahan yang begitu mendalam. Keinginannya untuk segera mendapatkan pekerjaan belum terwujud. Ia pun harus rela menghabiskan waktunya dengan berlatih, berlatih, dan berlatih. ''Siapa sih yang nggak pingin punya pekerjaan. Jujur saja, saya nggak mungkin kayak begini terus. Sebagai manusia biasa, saya butuh pekerjaan untuk masa depan. Tapi ini bukan menuntut lho. Saya orangnya nrimoan. Tidak harus menjadi pegawai negeri. Yang penting pekerjaan tersebut dapat mendukung prestasi di panjat tebing,'' ujarnya berharap.

Panjat tebing memang belum begitu memasyarakat di Indonesia --di olimpiade, cabang ini pun tidak dipertandingkan. Ketika sampai di tanah air, seusai menjuarai kejuaraan dunia tahun 2000 di AS, tak ada sambutan istimewa bagi Etti. Hanya wakil bendahara KONI DIY, Suprapto Purwijayanto, yang menjemput Etti dan suaminya, Nurochman Rosyid, di Jakarta. Begitu pun sesampainya di bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta, semua berjalan apa adanya, layaknya menjemput saudara yang baru bepergian jauh. Masyarakat yang hilir mudik tak ada yang sadar, seorang juara dunia ada di antara mereka.

''Bagi saya, menjadi juara dunia hal biasa, seperti juara-juara yang telah saya raih sebelumnya. Yang penting, kita harus bersyukur dan mau bekerja keras. Terus-terang, dengan predikat juara dunia ini, beban saya makin berat,'' ungkap Etti.

Setahun setelah kejuaraan dunia di AS, Etti bersama atlet Indonesia lainnya merajalela di Kejuaraan Panjat Tebing Asia X/2001 yang digelar di Plaza Timur Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Pemanjat tebing tuan rumah memborong tiga dari empat gelar yang diperebutkan.

Etti menjuarai nomor speed climbing putri. Ia membuktikan diri masih yang tercepat di Asia. Di babak final, layaknya seekor cicak, ia dengan sigap merayap tebing buatan setinggi 17 meter dengan catatan waktu 33,56 detik, dan mengalahkan rekan senegara, Evi Nelywati, yang memanjat di tebing lainnya.

Menurut Etti, ia hanya berusaha memanjat dengan sempurna. Ia memang selalu tertinggal lebih dulu dari lawan-lawannya saat start. Ini berlangsung sejak babak perempat final. ''Saya memang tipe start-nya lambat. Kalau latihan juga sering begitu,'' ujarnya kepada Republika kala itu.

Selain merebut hadiah uang 2.000 dolar AS, Etti sekaligus mengukuhkan diri sebagai juara Asia untuk kali ketiga, setelah Bangkok tahun 1998 dan Phuket (Thailand) tahun 1999.

Kini, menghadapi PON XVI/2004 mendatang, Etti kebanjiran tawaran untuk pindah daerah. Tawaran tersebut memang cukup menggiurkan karena iming-iming uang yang besar. Etti dengan jujur mengatakan berminat ke Jawa Barat. Tapi, sejauh ini belum ada tawaran dan pendekatan serius. Wajar jika pilihan jatuh ke Jawa Barat mengingat peraih empat medali emas dan satu medali perak PON XV/2000 itu disponsori perusahaan alat-alat mendaki dari Bandung, Giant, dalam mengikuti berbagai kejuaraan.

Etti Hendrawati
Lahir: Gunung Kidul, Yogyakarta, 11 Mei 1975
Tinggi/berat: 165 cm/44 kg
Domisili : Yogyakarta
Status : menikah dengan Nurochman Rosyid
Debut: 1993

Prestasi:
1998: juara III speed climbing dan peringkat ketujuh SPC difficulty Kejuaraan Asia di Taiwan.
1998: juara I speed climbing Kejuaraan Asia di Bangkok, Thailand.
1999 : juara I speed climbing Asian X-Games di Phuket, Thailand
2000 : meraih 4 medali emas dan 1 perak PON XV
2000 : peringkat ketujuh SPC bouldering Asian X-Games di Phuket, Thailand
2000 : juara I speed climbing Kejuaraan Dunia ESPN X di San Fransisco, AS
2001: juara I speed climbing Asian X-Games di Jakarta
2001 : juara I speed climbing UIAA Asian Cup di Kunming, Cina
2001 : juara II speed cimbing Kejuaraan Dunia di Kuala Lumpur, Malaysia
2002 : juara III speed climbing Asian X-Games di Kuala Lumpur, Malaysia
2003 : juara II speed climbing Kejuaraan Dunia di Shenzen, Cina

sumber: Republika

1 komentar:

B 01 M mengatakan...

SAVE YOUR SPIRIT.....!!!
KEEP SMILE... HEHE...